Bledug Cangkring, Peninggalan Legenda Ular Naga Joko Linglung
KRADENAN,wisata-grobogan.com- Sektor pariwisata
di Kabupaten Grobogan semakin menggeliat. Baru-baru ini di ujung timur kota sweeke muncul sebuah
destinasi wisata baru, tepatnya di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Grobogan, Jawa Tengah. Destinasi
wisata dengan fenomena geologi dengan
letupan lumpur ini tak beda jauh dengan
bledug kuwu yang terlebih dahulu moncer. Namun dengan intensitas letupan yang
lebih kecil.
Bledug Cangkring, begitulah warga sekitar menyebutnya. Lahan seluas
sekitar 1 hektare ini merupakan hamparan luas berupa gunungan lumpur. Letupan
lumpur dengan intensitas kecil ini tak hanya mengandung gas, namun juga mengandung air garam. Saat-saat
tertentu, suara letupan lumpur terdengar cukup keras. “Warga mempercayai, jika letupan terdengar keras biasanya
akan ada warga yang akan meninggal dunia. Jika yang meninggal dunia masih muda,
biasanya letupan makin keras, biasanya pada tengah malam. Tempat ini erat kaitannya dengan legenda Joko Linglung juga,” jelas Jupri, warga
Grabagan.
Oleh warga sekitar, kandungan air garam dimanfaatkan untuk membuat
garam. Dengan memanfaatkan teriknya sinar matahari, air garam yang semula
dikumpulkan dari letupan lumpur dijemur di kolam kecil yang terbuat dari
plastik. Efisiensi dan penghematan modal menjadi salah satu alasan warga tidak
menggunakan batang bambu. “Memang biasanya
pada pakai bilah bambu. Tapi karena kalau dihitung-hitung mahal, maka saya
menggunakan plastik yang saya desain seperti ini,” ungkap Jupri, petani garam.
Menurut Jupri, kwalitas garam bledug cangkring lebih baik dibanding
garam pantai pada umumnya. Selain lebih putih bersih, garam bledug cangkring
juga memiliki rasa lebih gurih. “Biasanya kami menjual seharga Rp 5 ribu per
kilogramnya,” ungkapnya.
Adanya menara pandang , semakin membuat menarik pengunjung. Selain bisa
untuk swafoto, diatas menara pandang ini pengunjung bisa melihat bledug
cangkring dari ketinggian. “Memang menara pandang ini dirancang khusus untuk
melihat letupan-letupan lumpur dan berfoto. Ini merupakan ide dari adik-adik KKN.
Saat sunset bagus kalau foto disini,” jelas Kades Grabagan, Eko Setyawan.
Saat ini, untuk masuk ke bledug cangkring, pengelola masih tidak
memungut biaya alias gratis. Pengelola hanya menyediakan sebuah kotak suka rela
untuk kebersihan saja. “Insyaallah tahun 2019 akan dianggarkan, akan kita
lengkapi sarananya. Mulai dari toilet, perbaikan jalan masuk, hingga
saung-saung untuk istirahat pengunjung. Dalam waktu dekat ini akan kita buat
beberapa wahana swafoto dulu,” tambah Eko Setyawan. (RE)
0 Response to "Bledug Cangkring, Peninggalan Legenda Ular Naga Joko Linglung"
Posting Komentar